"Air Berjalan"



 

 

Oleh: SM Doloksaribu

 Peran air dalam membentuk dan memelihara kehidupan adalah primer. Setiap mahluk hidup mengandung air dengan jumlah yang berbeda-beda. Menurut Jeffrey Utz, tubuh manusia mengandung air di kisaran 45–75%, laki-laki dewasa rata-rata mengandung 60%. Bayi dan anak-anak memiliki kadar air lebih banyak (dalam persentase) daripada orang dewasa. Wanita memiliki kadar air lebih sedikit daripada pria (dalam persentase). Orang dengan kadar lemak lebih banyak memiliki kadar air lebih sedikit daripada orang dengan kadar lemak lebih sedikit (dalam persentase). Dengan komposisi yang sedemiian itu, kita, manusia adalah “Air Berjalan” yang beriringan dengan mahluk lain seperti   ikan mengandung air 80%, sementara tumbuhan 80-90%.

 Perkiraan volume air pada, di dalam dan di atas permukaan Bumi adalah 1.386.000.000 km3, terdiri dari air asin (salt water) sebanyak 1.351.350.000 km3 atau sekitar 97,5%, sisanya 34.650.000 km3 atau sekitar 2,5% adalah air tawar (fresh water). Dari 34.650.000 km3 air tawar yang ada di alam, sebagian besar, 68,7% tersimpan menjadi es abadi di kutub utara dan selatan serta di ketinggian (glaciers and ice caps). 30,1% tersimpan sebagai air tanah dalam(ground water), Sisanya 1,2%, kira-kira 415.000 km3 adalah air permukaan (surface/other fresh water). Dari air tawar permukaan yang sangat sedikit itu sebanyak 69% tersimpan sebagai es dalam tanah dan ibun abadi (ground ice and permafrost), 20,9%, 86.902,2 km3 sebagai danau, sisanya dalam fraksi yang sangat kecil 3% di atmosfir,  0,26% sebagai bagian dari kehidupan, hanya 0,49%, 2.037,42 km3 mengalir sebagai sungai, 2,6% tersimpan di rawa-rawa sisanya 3,8% mengisi rongga tanah bagian atas.

Iklim

Disamping kandungan air dalam tubuh yang harus dipenuhi, Lingkungan hidup kita pun ditopang sepenuhnya oleh hidrosfir (air), di samping atmosfir (udara), litosfir (tanah) dan biosfir (kehidupan lain). Kriosfir (es dan salju) menjadi komponen ke enam dari lima komponen tadi yang membentuk sistem iklim Bumi yang memelihara seluruh kehidupan. Begitu pentingnya air dengan situasi keberadaan nyata sekarang sehingga Majelis Umum PBB telah menetapkan tanggal 22 Maret sebagai Hari Air Sedunia melalui Resolusi Majelis Umum PBB, A/RES/47/193 per 22 Desember 1992.

Sejak 22 Maret 1993, dirayakan Hari Air Se Dunia dengan tema yang berubah-ubah. Tahun ini dirayakan dengan tema “Lestarikan Gletser” (Glacier Preservation), tema ini bertepatan dengan tahun Plestarian Gletser Global 2025. Untuk 2026 Hari Air akan difokuskan pada peran air dan sanitasi dalam kesetaraan gender. Tahun 2027 akan mengkaji hubungan antara air, sanitasi, dan kesehatan (UN-Water).

 Pilihan tema pelestarian gletser sepintas kurang menarik buat kita, juga daerah tropis lain. Indonesia misalnya hanya memiliki sedikit gletser di Puncak Carstensz, kawasan Pegunungan Tengah Papua dan itu pun praktis sudah di penghujung keberadaannya (Kompas, 13 Desember 2024). Untuk itu kita perlu memahami peran gletser untuk dua hal, pertama penanda iklim dan kedua ketersediaan air tawar untuk kawasan tertentu. Atas dasar itu mari kita rayakan kedua hari itu sekaligus dengan tema yang sama.

Dengan memahami bahwa sesungguhnya "Air adalah Kehidupan" dan bagian kecilnya adalah manusia yang ditopang sepenuhnya oleh sistem iklim yang rumit dengan gletser sebagai indikator sensitif yang kelihatan. Maka perayaan Hari Air Sedunia, 22 Maret 2025 menjadi titik tolak, manusia yang kita sebut “Air Berjalan” itu membangun kesadaran dan memulai tindakan nyata atas perubahan iklim yang semakin nyata mengancam kehidupan, ditandai dengan meningkatnya frekwendi bencana hidrometeorologi. Sebagai pengingat, kehilangan gletser, bahaya semakin nyata mendekat***

 

Posting Komentar

0 Komentar