Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl_Ec.,M.Si
PENGGIAT LINGKUNGAN/KETUA PERGERAKAN PENYELAMATAN KAWASAN DANAU TOBA (PP_DT).
Pangururan , 1 April 2025
Saudara-saudariku yang terkasih dan tercinta peserta “Doa bersama Pemulihan dan Perawatan Kawasan Danau Toba (KDT)” yang dipimpin Op.Ephorus HKBP, Saya sebagai putra seorang Vorhanger HKBP yang dibabtis dan dididik dan dibesarkan dalam Pendidikan Kristen yang ketat maka selalu terpatri dalam hati saya apa yang dilakukan para penginjil terdahulu “menyampaikan Injil Keselamatan melalui kata dan perbuatan diakonal dan pendidikan.
Tentu kita sangat bersyukur kepada Tuhan dengan dilakukannya kegiatan hari ini sebagai pelaksanaan KONFESSI HKBP kepedulian tentang lingkungan termasuk minggu ekologis 22 September 2024 di Ambarita. Dilakukan lanjutan dari kegiatan diantaranya pada Sabtu 1 Maret 2025 berlangsung di Aula Pertemuan Gereja HKBP Lumbanjulu, Kabupaten Toba, Oppui Ephorus HKBP Dr Viktor Tinambunan pimpin ibadah DOA BERSAMA MERAWAT ALAM TANO BATAK bertemakan melawan perampasan tanah dan krisis ekologis dengan menyerukan kepada seluruh orang - orang yang ada di Tanah Batak dan orang Batak yang berada di luar tanah Batak, menumbuh kembangkan solidaritas gereja dan rakyat yang untuk benar - benar merawat Tanah Batak seirama dengan keinginan Tuhan. " Tanah Batak ini ciptaan Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan.
Oleh karena itu semua harus betul - betul seirama dengan Tuhan dan semua yang ada harus menghargai tanah Batak untuk tetap lestari, "ungkapnya. Gereja - gereja akan terus bergerak membangun jejaring dengan berbagai pihak bagaimana tanah Batak ini agar tetap lestari. Hak - hak rakyat harus dipulihkan dan semua masyarakat Batak boleh sejahtera di tanahnya sendiri. " Upaya lanjutan adalah terus bergerak membangun jejaring dengan semua pihak sehingga tanah Batak tetap lestari.
Sebagaimana tahun 2017 saya sebagai salasatu pejabat Geopark Kaldera Toba membidangi Edukasi Penelitian dan Pengembangan telah merangkul dan melibatkan HKBP melalui Lembaga Komisi Pelaksana Pelayanan Strategis (KPPS) HKBP untuk ikut secara bersaama-sama membangun Kawasan Danau Toba Berbasis Geopark yang telah disepekati oleh 7 Pemerintah Kabupaten sekawasan Danau Toba dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta Pemerintaah Pusat sehingga atas Upaya Bersama stakeholder dapat meraih status Toba Caldera Unesco Global Geopark TC UGGp) pada 10 Juli tahun 2020. Namun sangat disayangkan oleh karena sala urus oleh Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark tidak mampu melakukan 6 rekomendasi UNESCO dalam rangka memperkokoh pilar konservasi, edukasi, dan pemberdayaan Masyarakat local dalam memelihara keanegaragaman geologi, keaneka ragaman hayati dan keanekaragaman budaya dalam mewujukan visinya yaitu “memuliakan bumi serta mensejahterahkan Masyarakat”, maka oleh UNESCO akhir tahun 2023 dijatuhi menyandang status kartu kuning.
Hari ini dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya akan lebih berbicara focus terhadap pemulihan dan perawatan dengan edukasi lingkungan, dan konservasi dengan penanaman pohon dalam menghadapi krisis ekologi KDT. Seperti yang telah dikatakan para pendahulu kita, "Seseorang tidak menanam pohon untuk dirinya sendiri. Ia menanamnya untuk generasi mendatang." Dan pekerjaan nyata kita manusia bukanlah untuk zamannya sendiri, melainkan untuk zaman yang akan datang.
Apakah menurut Anda pohon itu indah? Anda termasuk orang yang baik. Tuhan juga mencintai pohon. Dengan menyorot setiap kalimat yang mengandung pohon dalam tiga bab pertama Kitab Kejadian, Anda bisa mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang apa yang Tuhan pikirkan tentang pohon. Hampir sepertiga kalimat mengandung pohon.
Tuhan mencintai pohon. Selain manusia dan Tuhan, pohon merupakan makhluk hidup yang paling banyak disebutkan dalam ALKITAB (Bibel).
Menanam pohon ini banyak sekali manfaatnya. Pohon sangat berguna untuk menarik kembali karbon dioksida. Pohon dapat meningkatkan ketahanan pangan dan gizi bagi komunitas yang rentan terhadap perubahan iklim. Ada banyak trsedia tempat untuk menanam lebih banyak pohon. Nilai ekologis dan finansial menanam dan melindungi pohon sangat masuk akal. Pohon dapat membantu membangun ketahanan komunitas terhadap dampak perubahan iklim, termasuk untuk Ketahanan Air dan ketahananpangan sebagai bagian kehidupan.
Saudara-saudariku yang terkasih,
Saat ini, lebih dari sebelumnya, kita Bangsa Batak harus menyadari zaman yang akan datang. Sebelum beberapa pohon yang kita tanam hari ini secara serimonial tumbuh dewasa, akan ada tiap hari lahir 12.234 warga Indonesia.
Satu pohon sonokeling (Dalbergia latifolia) setinggi 10 meter bisa menghasilkan oksigen 207,33 kilogram per hari. Sementara satu pohon akasia menghasilkan oksigen 143,33 kilogram sehari. Maka, dengan asumsi kebutuhan dan produksi oksigen itu, satu pohon sonokeling sanggup menyuplai oksigen untuk 177-239 orang dan akasia 122-165 orang sehari.
Ahli geobiologi Hope Jahren berkata: “Orang tidak tahu cara menumbuhkan daun, tetapi mereka tahu cara menghancurkannya.”
Ketika Kawasan Danau Toba, Sumut, Indonesia semakin padat; anak-anak harus tahu lebih dari sekadar beton di bawah kaki mereka. Mereka harus melihat lebih dari sekadar cerobong asap dan gedung vertikal yang tinggi, gedung pencakar langit di langit. Generasi kita ke depan haruslah melihat ini, yaitu Naungan Pohon dan keindahan cabang-cabangnya harus selalu berada dalam jangkauan masyarakat kita, tua maupun muda, di mana pun mereka tinggal.
Oleh karena itu, pohon yang kita tanam hari ini adalah termasuk pohon-pohon endemic dan pohon berbuah. Pohon-pohon ini tumbuh cukup kuat untuk bertahan dalam angin apa pun. Pohon-pohon ini tumbuh cukup tinggi untuk dilihat dari hampir semua sudut pandang. Kita berharap banyak orang yang melihat pohon-pohon ini di tahun-tahun mendatang, akan tahu bahwa di sini pernah tinggal orang-orang yang mencintai Tano Batak ini. Dan saya senang Anda dan kita semua akan peduli bahwa Kawasan Danau Toba adalah Rumah kita Bersama, ertemuan ini momen bersejarah yang sangat istimewa ini.
Saudara-saudariku yang saya banggakan,
Berulang-ulang dalam berbagai forum, dalam diskusi dengan para pejabat tinggi negara termasuk Presiden, pakar, akademisi, internasional. Bahwa adalah Kesia-siasaan untuk menghadapi perubahan iklim bila kita tidak fokus menanam pohon dan melestarikan hutan yang ada. Sekali lagi saya sebutkan, Menanam Pohon, Melestarikan Hutan yang masih sisa, Merestorasi hutan/APL, menanami pohon dilahan tidur yang kritis dan yang gundul adalah Kunci Mengatasi Global Warming, Perubahan Iklim! Amin.
Sudah Trilyunan Rupiah habis dana pemerintah, NGO, bantuan asing, habis untuk seminar-seminar, membuat tas, seminar kit, joget sana-joget sini.
Seperti kata Menteri Bappenas 2019-2024, Suharso Monoarfa ketika bersama Komisi XI DPR, “Judulnya adalah mengenai revolusi mental, ditelusuri terus ujungnya adalah membeli motor trail. Ada hubungannya kah memang? Motor trail untuk jalan-jalan”. Ngeri.
Kami sudah berjuang dalam mengatasi krisis ekologis khususnya di KDT mulai dari huluhingga ke hilir, diantaranya melawan para penguasa dan pengusaha yang menghancurkan hutan termasuk areal penggunaan lain (APL) yang berkedok produksi dan kemaslahatan ekonomi. Makanya saya berpikir dan memberikan saran kepada Bupati/Wakil Bupati, Gubernur/Wakil Gubernur Sumut, kepada Presiden Prabowo Subianto/Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yakni: “Lebih baik APL Tele yang sudah rusak tersebut dijadikan saja menjadi Kebun Raya (Botanical Garden)! Dikelola Bersama-sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).” Mengingat kita sekarang adalah Global Geopark saat ini dan didorong aspek Biodiversity. Indonesia adalah salah satu negara yang jumlah Kebun Raya (Botanical Garden) yang sedikit di dunia. Lihat negara-negara maju, punya banyak Botanical Garden. Dan manfaatnya sangat banyak.
Untuk dan dalam rangka konservasi Biodiversity seperti dipersyaratakan oleh Unesco dalam membangun dan mengembangkan GEOPARK, saya mulai dengan membangun ETNO BOTANI BATAK SIGULATTI Kecamatan Sianjurmula-mula Kabupaten Samosir di Kawasan 22 ha yang telah diserahkan Masyarakat Adat Desa Sianjurmula-mula kepada Pemerintah Daerah. Dan saya mulai pada tahun 2010 hingga saat ini ikut melakukan pembibitan dan edukasi lingkungan khususnya penanaman pohon baik sendiri maupun dengan komunitas Masyarakat di lereng Dolok Pusuk Buhit.
Konsentrasi dan totalitas pada masalah perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Indonesia dan Kawasan Danau Toba seharusnya menjadi pionir dan sekaligus momentum untuk pembenahan internal baik dari manajemen sumber daya alam dan lingkungan seperti hutan, gambut, mangrove, energi, pertambangan, hingga masalah hidrometeorologi. 75% emisi dunia berasal dari G20, dan negara anggota G-20 adalah penyumbang mayoritas degradasi lingkungan seperti deforestasi tinggi dari Argentina, Australia, Brasil dan Indonesia. Miris melihat negara non-G20 seperti Pakistan lebih memberikan keringat yang lebih banyak dengan inisiatif ‘Tsunami Miliaran Pohon’. Sejak 2018 sudah 30 juta pohon berhasil ditanam. Bahkan dampak covid-19 yang menciptakan pengangguran dimanfaatkan pemerintah Pakistan dengan menampung 63 ribu orang untuk menanam pohon.
Selama satu decade Kami sudah merasakan susahnya menanam dan menumbuhkan satu pohon, khususnya di musim kemarau, dan masih maraknya pembakaran perbukitan dan hutan di sekeliling Danau Toba. Namun menurut hemat kami memulihkan dan menkonservasi KDT bisa dilakukan , karena yakin Tuhan menolong kita.
Terima kasih.
Horas.
0 Komentar